Selasa, 11 Februari 2014

Keajaiban Manusia di Akhir Zaman

Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat ramai. Kita kurang peka kerana kita melihat dunia ini aman. Namun, bila kita amati dengan baik, kita akan mencari pelbagai keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua garis kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan berkaitan dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang pelik tetapi melainkan pola fikiran manusia yang paradoks yang berkembang di akhir zaman ini.
Berikut ini adalah sebahagian kecil dari fikiran paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat kita. Lebih ajaib lagi, fikiran paradoks tersebut dimiliki pula oleh sebahagian umat Islam dan para tokoh mereka. Di antaranya:

















Bila seorang pengusaha atau pejabat tinggi melakukan korupsi berbilion, maka pegawai-pegawai penguatkuasa undang-undang dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk menahan dan mengadilinya.

















Namun, bila yang mencuri itu seorang nenek atau masyarakat bawahan, dengan mudah dapat ditangkap, dibicarakan dan diputuskan hukuman penjara, walaupun mereka mengambil hanya satu buah tembikai atau tiga batang ubi kayu, mungkin saja kerana lapar.





















Bila ada orang atau kumpulan dengan jelas merosakkan dan menghina ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti Tuhan, Kitab Suci dan Rasulnya berlaku di negara Islam, maka orang dengan mudah mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan berpendapat, berekspresi dan menafsirkan agama.

















Namun, bila ada khatib, ustaz atau masyarakat Muslim mengajak jamaah dan umat Islam untuk konsiten dengan ajaran agamanya, maka orang dengan mudah menuduhnya sebabai khatib, penceramah atau ustaz yang keras dan tidak boleh berdakwah dengan hikmah, bahkan perlu dicurigai sebagai calon pengganas.




Apa saja yang dituliskan dalam akhbar, dengan mudah orang mempercayainya, walaupun itu hanya tulisan manusia dan belum teruji kebenarannya. Membaca dan mempelajarinya dianggap lambang kemajuan.


















Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Quran belum tentu dipercayai dan diyakini kebenarannya, walaupun mengaku sebagai Muslim. Padahal Al-Quran itu Kalamullah (Ucapan Allah) yang mustahil berbohong. Kebenarannya sudah teruji sepanjang masa dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan mengajarkan Al-Quran boleh mengajarkan fahaman terorisme.


















Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ciptaan manusia (jahiliyah), walaupun sistem yang mereka yakini dan banggakan itu menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai pelbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negara mereka. Mereka masih saja menuntut: inilah jalan hidup yang sesuai dengan akhir zaman.
















Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada kemunduran, kekerasan dan keganasan, padahal mereka tahu bahawa Islam itu diciptakan oleh Tuhan Pencipta mereka (Allah) untuk keselamatan dunia dan akhirat, Adalah mustahil Allah menzalimi hamba-Nya.

















Ketika seorang Yahudi atau agama lain memanjangkan janggutnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya.



















Namun, ketika seorang Muslim memelihara janggutnya, dengan mudah orang menuduhnya fundamentalis atau teroris yang selalu harus dicurigai, khususnya ketika masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya.



















Ketika seorang Biarawati memakai pakaian yang menutup kepala dan tubuhnya dengan rapi, orang akan mengatakan bahawa Biarawati itu telah menghadiahkan dirinya untuk Tuhan-nya.



















Namun, bila wanita Muslimah menutup auratnya dengan jilbab atau hijab, maka orang akan menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, padahal mereka yang menuduh itu, para penganut fahaman demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.





















Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar kerana menjaga anak, menguruskan rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya kerana dia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah tangga dan keluarganya.


















Namun, bila wanita Muslimah tingal di rumah menjaga harta suami, menguruskan kerja rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya dia dikongkong dan perlu dimerdekakan dari dominasi kaum lelaki atau apa yang sering mereka katakan dengan kesaksamaan gender.



















Setiap mahasiswi Barat bebas ke kampus dengan pelbagai barang perhiasan dan pakaian yang disukainya, dengan alasan itu adalah hak asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.

















Namun, bila wanita Muslimah ke kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian menutup aurat, maka orang akan menuduhnya eksklusif dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.



















Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan dan kreativiti seorang kanak-kanak.



















Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan agamanya, maka orang akan mengatakan bahawa pola pendidikan seperti itu tidak mempunyai harapan dan masa depan.



















Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh seseorang, atau melakukan serangan keatas negara Islam khususnya di Palestin, Afghanistan, Iraq dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengakatakan itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim di sana.





















Akan tetapi, bila kaum Muslim melawan Yahudi atas nama pembebasan Palestin, atau melawan Amerika di Iraq dan Afghanistan, mereka pasti mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai pemberontak dan pengganas.

















Bila seseorang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain, maka semua orang akan memujinya dan berhak mendapatkan penghormatan.


















Namun, bila orang Palestina melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan anaknya, saudaranya atau orang tuanya dari penculikan dan pembunuhan oleh tentara Israel, atau menyelamatkan rumahnya dari kehancuran serangan roket-roket Israel atau memperjuangkan masjid dan kitab sucinya dari dinoda oleh pasukan Yahudi, orang akan menuduhnya pengganas. Kenapa? kerana dia adalah seorang Muslim.


















Bila anak-anak Yahudi diajarkan ilmu perang dan senjata automatik untuk membunuh kaum Muslimin di Palestin, maka akan menegatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah untuk membela diri walaupun mereka adalah penceroboh.


















Namun, bila anak Palestina belajar melemparkan batu menghadapi rejim Yahudi yang dilengkapi dengan tank dan senjata canggih yang menghancurkan rumah, masjid dan kampung mereka, maka orang akan menuduh mereka sebagai pelaku kejahatan yang pantas ditangkap, dipatahkan tangannya dan dipenjarakan belasan tahun.
Inilah sekelumit keajaiaban manusia di akhir zaman ini. Bolehkah kita mendapatkan pelajaran yang baik sehingga dapat menentukan sikap yang benar, atau kita akan jatuh menjadi mangsa keajaiban akhir zaman?

Diterjemahkan oleh Detik Islam dari sumber eramuslim.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan